Rabu, 24 April 2013

Antara IPA dan IPS

Hello, guys! How are ya? Sudah cukup lama sejak saya meninggalkan blog ini tanpa post baru. Dan kini, saya akan menulis tentang salah satu topik yang mungkin menjadi salah satu penyebab kegalauan anak SMA kelas X. Tentang IPA dan IPS. Mungkin seharusnya saya menulis judulnya menjadi "IPA atau IPS", ya... Namun,saya pikir akan lebih baik bila saya menghubungkannya dalam konjungsi "dan", sebab IPA dan IPS memang berbeda, namun saling melengkapi.

Sebagai mantan anak SMA, topik mengenai penjurusan ini memang termasuk topik yang sensitif dan bahkan terkadang menyebabkan kegalauan yang membuat tak enak makan dan tidur (lebay -___-). Bagaimana tidak? Penjurusan sendiri merupakan tahap awal penentuan masa depan, meskipun memang tidak terlalu menentukan. Toh, pada akhirnya, terkadang banyak siswa SMA yang memilih kuliah di jurusan yang sama sekali berbeda dengan jurusan di SMA yang dulu ia pilih. Penjurusan IPA dan IPS ini sekarang bahkan menimbulkan adanya strata sosial di kalangan anak SMA dan akhirnya, menjadi sesuatu yang menjurus pada adanya pemberian status sosial. Dan satu lagi, ada juga yang menjadikan jurusan IPA sebagai prestige yang patut dibanggakan! Ya Tuhaaan.... Yaah, ada banyak sekali macamnya ya jaman sekarang ini, tapi begitulah keadaannya.

Post kali ini sebenarnya lebih ingin memberikan sedikit tips bagi yang sedang menentukan penjurusan. Memang sih, ada beberapa SMA yang masih menggunakan cek nilai saja untuk menentukan penjurusan, tapi saya yakin ada beberapa dari pembaca yang berada di SMA yang memang pilihan mereka menentukan masuk jurusan mana. Yup, langsung saja!

1. Tentukan passion dan tujuan kalian
    Ini penting! Mengingat ini salah satu yang bisa dibilang menentukan akan jadi apa dan akan melakukan apa kalian di masa depan. Tentukan pula apakah tujuan dan passion kalian akan selaras atau tidak satu sama lainnya. Bila tujuan kalian ternyata tidak selaras dengan passion kalian, tentunya ditakutkan nantinya kalian akan repot sendiri. "Repot" di sini juga tidak bisa saya jelaskan secara rinci karena "repot" yang saya maksud rada abstrak dan berbeda bagi tiap orang.

2. Tentukan batas kemampuan kalian
    Setelah menentukan poin no. 1 di atas, ada baiknya kalian mulai memahami diri kalian sendiri. Pahami baik-baik sejauh mana batas kemampuan kalian pada pelajaran tertentu. Apakah ada kesulitan? Kemampuan itu bisa seperti: "apakah saya baik dalam hitung-hitungan?", "apakah nalar saya jalan bila sudah berhadapan dengan angka?", "apakah otak saya berjalan dengan baik bila sudah berhadapan dengan hapalan?', "apakah saya lebih nyambung bila sudah masuk tentang logika?". Tanyakan baik-baik dan pahami diri kalian. Pahami pelan-pelan, namun fokus.

3. Konsultasikan ke orang tua
     Setelah memahami semuanya, coba tanyakan dengan orang tua. Tak ada salahnya menyelipkan topik ini ketika mereka sedang santai atau sedang dalam keadaan tidak punya pikiran/beban pekerjaan (untuk menghindari si ortu lagi sensi. Tahu sendiri kan kalo orang lagi sensi dan stress, marahnya bisa kayak apa? ^__^"). Jelaskan baik-baik keadaan kalian, kesulitan kalian, dan bagaimana sebaiknya. Memang mungkin ada kalanya si ortu akan memberikan pilihan yang menurut kalian kurang "sreg", kalau sudah begini, coba tanyakan kenapa si ortu memberikan pilihan tersebut sementara kalian sendiri belum pede dengan pilihan beliau-beliau itu.

4. Konsultasikan ke guru BK
    Bila masih belum dapet pencerahan, saatnya bertemu dengan guru BK. Jelaskan masalah kalian dengan baik, sama seperti poin pertama. Guru BK biasanya akan melihat kejiwaan kalian (karena rata-rata guru BK berasal dari anak-anak psikologi, yaa... meneliti bagaimana kebiasaan kalian dan melihat potensi kalian lewat kejiwaan kalian). Saran saya sih, mulai sekarang coba deh sering ngobrol sama guru BK.

5. Cari sebanyak-banyaknya informasi mengenai jurusan pilihan dan tujuan kalian
    Sering-seringlah bertanya pada senior-senior yang kalian percaya untuk ditanya soal ini. Tanyakan pertanyaan seputar cara belajarnya, kesulitannya di jurusan itu, atau apapun yang ingin kalian ketahui. Berhubung mereka sedang atau sudah mengalami, tentu kalian akan diberikan pandangan dan perspektif yang berbeda.

6. Lakukan tes buta warna atau tes yang berkaitan dengan prasyarat tujuan kalian
     Tes buta warna? Kenapa? Memang mungkin aneh, ya... tapi ini juga penting. Banyak teman dan adik kelas yang saya temui dulu terpaksa harus menahan hati sebab ketika ia dihadapkan pada pemilihan jurusan di perkuliahan, ia ternyata dikategorikan buta warna, sedangkan ia memilih jurusan yang tidak menerima  mahasiswa yang mengalami buta warna. Nah, sebelum kalian mengalami galau di masa kelas XII gara-gara hal begini, cobalah cek mata kalian, apakah ada kelainan atau tidak. Jangan sampai kalian salah!


Itu saja tips-tips yang bisa saya bagikan buat kalian yang masih galau. Semoga membantu ya :)