Jumat, 16 November 2012

A Message

Another day passed by, and here I am. Still with a same blog dan jujur, saya semakin tidak mengerti isi blog ini. Dulu, mungkin memang blog ini ditujukan untuk personal diary yang akhirnya merambat menjadi suatu hobi baru, yaitu menulis hal-hal "random". Saya tidak mengerti kenapa akhirnya memilih untuk terus menulis. Menulis banyak hal, misalnya kegiatan saya di sekolah, curhat tentang "gebetan" hingga akhirnya curhat tentang kegagalan saya.

Saya pertama kali menulis di blog ini pada penghujung tahun 2008, saat itu saya masih duduk di kelas IX SMP. Saya masih ingat post yang saya tulis saat itu memang full of thoughts, dan sekali lagi, tanpa orientasi yang jelas. Sampai sekarang, saya masih bingung, tujuan blog ini APA? Daily thoughts? I don't think so, karena memang isi blog ini bukan hanya tentang itu, meski isinya kebanyakan tentang itu. Yang bisa saya katakan adalah bahwa blog ini adalah blog "gado-gado" yang memang saya persiapkan untuk menampung "gado-gado" pikiran saya.

Tidak terasa, blog ini sudah begitu lama berdiri dan masih berada pada ketidakjelasan tujuan yang sama. Ya iyalah, penulisnya pun masih sama. Dan saya yakin, blog ini salah satu saksi mata perjalanan hidup dan proses kedewasaan saya. Mulai saya masih memakai rok biru tua hingga saat ini, saat saya mulai mengganti semuanya dengan kedewasaan baru (yang saat ini pun masih saya ragukan keberadaannya).

Saya tidak berniat meninggalkan blog ini, saya tidak berniat menghapusnya. Saya hanya ingin hiatus dan membuat sesuatu yang baru, yang lebih "jelas" arah dan tujuannya. Entah itu akan berupa blog tentang kata-kata, tentang makanan, atau mungkin tentang fashion (meski untuk hal satu ini, saya masih ragu untuk terjun di dalamnya karena fashion tidak terlalu saya mengerti dan mungkin memang bukan bidang saya. Haha)

Saya tetap akan menulis di sini, meski tidak tahu kapan saya akan kembali ke "rumah" ini lagi. Tapi percayalah, saya akan kembali.

Dan ketika itu, saya sudah punya cerita baru dengan kekhasan yang sama. Tidak akan berubah, tetap dengan kekhasan saya.


Dan hibernasi pun dimulai....

Minggu, 30 September 2012

Ketika Suatu Kemalangan Diperbandingkan

Ada satu hal yang menarik ketika saya pindah dari Palembang dan kini menetap sementara untuk alasan studi ke Bandung. Saya menemukan banyak sekali hal yang khas di sini, mulai dari bahasa, kebudayaan, hingga kebudayaan saya temukan dengan perbedaan yang kental dengan hal yang ada di daerah asal saya. Tapi ini yang menurut saya paling menarik di antara semuanya. Maaf bila ketika Anda membaca ini, Anda merasa tidak enak hati atau bahkan tersinggung. Ini hanya pendapat saya sebagai seorang manusia yang masih hijau.

Dan hal itu adalah keluhan.

Saya jujur mungkin adalah salah satu orang jutek yang dimiliki dunia ini dan bahkan saya sendiri merasa amat-sangat jutek dan pemikir hal-hal aneh (baca : kepo). Saya jujur adalah orang tidak menyukai keluhan yang terdengar sok paling malang sedunia. Jujur saya, saya juga mungkin sebagai manusia sering sekali mengeluh, namun terkadang keluhan itu sendiri tertahan dengan adanya pemikiran bahwa kita bukan satu-satunya orang yang merasakan kemalangan ini. Dan ini motivasi saya dalam menekan keinginan mengeluh. Hal ini jugalah yang akhirnya membuat saya menjadi annoyed dengan segala bentuk keluhan yang bagi saya sangat kurang bermanfaat.

"Idih, di Dakol sumpah panas banget. Anjiir!"

Kebetulan, saya kini melanjutkan studi di IM Telkom jurusan DKV. Jurusan yang sangat saya idamkan. Dan saya sendiri merasa nyaman belajar di sini. Namun mungkin kenyamanan ini memang agak terganggu dengan keadaan sekitar yang agak lebih panas dari kota Bandung yang terkenal "adem". Kampus saya berada di daerah Dayeuh Kolot, lumayan jauh dari pusat kota, bahkan sudah hampir dibilang Bandung coret. Maka mungkin, keluhan yang banyak dilontarkan mahasiswa ini adalah "panas banget". Saya, yang notabene sudah sangat biasa dengan keadaan panas (karena Palembang lebih panas dari Bandung), tentu hanya bisa menyeringai tiap mendengar keluhan ini. Mereka tentu belum pernah mengunjungi yang lebih panas dari ini.
Palembang lebih panas, beneran. Ada kalanya saya akan dengan senang hati menjelaskan bahwa hawa panas ini bukan apa-apa. Bahkan teman saya sudah sangat jenuh mendengar omelan saya ini. Tapi maaf, saya hanya ingin menjelaskan pada mereka bahwa ini bukan suatu kesialan ataupun kemalangan yang hanya terjadi pada mereka. Jadi daripada mereka menambah kesialan mereka dengan membuang energi untuk mengeluh, mending mereka diam atau mencari sesuatu yang lebih bermanfaat. Mencari kesejukan dengan mengipas diri, mungkin?

"Gila, ini kita jadi botak gini, Ga kece banget."

Keluhan ini sering saya dengar dari mahasiswa baru yang laki-laki. Saya cukup maklum mengapa mereka mengeluhkan hal ini, sebab tampaknya hampir SMA di Bandung tidak mempersoalkan panjang rambut siswanya. Bahkan rambut panjang bagi siswa laki-laki pun diperkenankan. Namun, sebagai keluhan-semihaters nurani saya kembali terusik. Bagaimana tidak? Di SMA saya dulu, siswa laki-laki dilarang keras memiliki rambut gondrong. Bahkan bila rambut mereka kelebihan 2 cm saja dari aturan yang berlaku (aturan yang berlaku rambut harus cepak 1-2 cm. Gak gondrong, ga panjang), itu langsung ditindak oleh guru bagian kesiswaan. Betul, kok! Dan itu terus berlangsung hingga tahun terakhir di SMA saya. Kaget? Kalo nggak kaget juga tidak apa-apa, karena mungkin sekolah Anda juga ada peraturan seperti ini.
Dan kini, maba laki-laki meributkan hal itu, padahal rambut mereka cepak hanya saat ospek, toh setelah ospek pun mereka bisa memanjangkan rambut mereka lagi. Bukankah ini bukan masalah? Jadi kenapa harus dipersoalkan? Bahkan bagi saya, laki-laki lebih bagus kalo rambutnya ga gondrong dan bahkan kerenan agak cepak. Tapi yaaa ga cepak-cepak amat sampe botak yaa. Hehe.

"Makanan asramanya monoton banget. Itu-itu terus."

Btw, apakah sudah saya sebutkan kalau sekarang saya kembali menjadi anak asrama setelah sebelumnya di kelas X saya tinggal di asrama selama 1 tahun? Dan saya kembali di asrama karena sudah ditentukan begitu dari pihak institusinya. Di sini, saya menemukan banyak perbedaan dari asrama saya yang dulu. Di asrama saya sekarang ada TV di setiap lobi, satu kamar 4 orang (di asrama saya saat SMA, 1 kamar diisi 9-10 orang. Bayangkan!), catering makan pagi dan malam yang diantar ke tiap kamar (jaman SMA, kami punya ruang makan dan makanan ambil sendiri secara prasmanan), dll. Di setiap gedung asrama punya resepsionis yang juga menyediakan buku berisi keluhan dari penghuni asrama. Dan, ping! Keluhan di atas saya temukan.
Please, banget... Kalian yang mengeluhkan ini itu sudah sangat beruntung. Bagaimana kalau kalian berada di posisi saya, lalu tinggal di asrama SMA saya yang jelas-jelas tidak secanggih di sini. Makanannya pun menurut saya sudah cukup lumayan. Bicara soal monoton, catering asrama di sini tidak semonoton itu. Jujur saja, makanan di ruang makan asrama SMA saya justru lebih monoton. Hanya ayam, soto, nugget, dll. yang kemudian dikreasikan berbeda. Kadang soto, ayam goreng, dsb. Sedangkan di sini? Menu makannya juga lumayan beragam.
Kita ini sudah mahasiswa, bro, sis! Kalo bisa, coba deh jangan merasa malang sendiri. Banyak kok yang lebih malang dari kita. Sekarang, coba deh bersyukur.


Sebenarnya, ada banyak lagi keluhan-keluhan. Hanya saja, saya coba mengangkat keluhan yang paling banyak dilontarkan saja. Kalau saya bahas lebih banyak, saya tidak yakin saya tahan menuliskannya. Hihi.

Mungkin wajar sih kita mengeluh, kita memang makhluk lemah. Tapi coba juga bersyukur setelah mengeluh, bahkan kalau bisa, kurangi mengeluh dan banyak-banyak bersyukur. Saya rasa, akan lebih efektif lagi kalau Anda saat hendak mengeluh berpikir dulu, "apakah memang saya orang paling malang yang merasakan hal ini?" "apakah saya pantas mengeluh saat orang lain juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari saya?". Saya yakin Anda akan menemukan jawabannya. Sekali lagi, mengeluh boleh, tapi jangan kebanyakan ngeluh, kan sayang energinya terbuang begitu saja! Lagipula, menurut saya pribadi, mengeluh justru akan menambah kesialan kita karena kita jadi mengirimkan energi negatif ke tubuh hingga ke hati sehingga akan tambah capek. Betul kok! Saya kan juga manusia!

Memang tega sih kalo kita membandingkan kesialan kita dengan orang lain yang lebih sial dan malang, tapi coba deh kita jadiin pelajaran dan motivasi buat mengurangi energi negatif dalam hati dan jiwa. Insya Allah, hidup akan lebih terasa nikmat.

Maaf buat para pembaca yang tidak suka dengan tulisan saya. Saya cuma menyampaikan pendapat. Terima kasih atas waktunya yang sudah terbuang untuk membaca postingan ini.

Enjoy your life! :)


XOXO

Pia

Jumat, 03 Agustus 2012

JANGAN MENYERAH!!!

Tuhan Maha Adil... Maha Mengetahui

Itu yang saya terus yakini sepanjang saya berada di bumi untuk hidup sebagai seorang manusia. Saya terus yakin bahwa Tuhan memang Maha segala-galanya. Paling tahu yang terbaik, paling tahu akan apa saja. Kita manusia ini bagai orang yang disuruh bermain "lek-lek uwong buto", permainan tradisional khas Indonesia (nama ini hanyalah nama yang biasa digunakan di daerah dimana saya tinggal, Palembang), dimana yang jaga harus menangkap pemain lainnya dengan mata tertutup. Yang bisa diharapkan sang pemain hanyalah petunjuk yang diberikan pemain lain. Namun, kita sendiri tidak tahu apakah petunjuk itu benar atau salah, dan itulah pilihan kita, mau mengikuti atau tidak.
Setiap manusia memiliki pilihan hidup, setidaknya setiap pilihan pasti memiliki pengorbanan, dan pasti memiliki opportunity cost masing-masing. Diantara setiap petunjuk berupa pilihan itu, semuanya memiliki tingkat kesulitan berbeda. Sama seperti sebuah game, kita bebas memilih mau difficulty yang mana: easy, medium, hard, atau bahkan tingkat yang lebih sulit lagi. Namun itu di dalam game. Kenyataannya adalah di hidup ini, kita memang bisa bebas memilih mau pilih pilihan yang mana, tapi bagaimana kalau kita dihadapkan pada pilihan yang sulit? Semuanya sulit. Seakan-akan dunia sudah memusuhi kita. Wajar kalau merasa down, yang tidak wajar adalah ketidakdewasaan kita bila nantinya, kita menyalahkan orang lain akan semua pilihan sulit yang diajukan pada kita. Mengapa? Sebab dalam hal ini, tidak ada kata "orang lain", hanya "saya" yang ada.
Setelah bicara soal pilihan, kita akan maju selangkah dan mulai berpikir untuk menuntaskan mission bernama pilihan itu. Sebenarnya sih, pilihan itu cuma sub-mission dan mission sesungguhnya lebih akrab dikenal dengan nama tujuan. Demi menjalankan sub-mission itu kita bakal menemui banyak jalan bercabang dan tidak bisa lurus terus. Mengapa? Sebab, bayangkan saja bila kita terus berjalan lurus tanpa bergerak ke kanan dan kiri, ya bisa terbentur kita. Masih nanya juga :D. Di setiap jalan yang kita telusuri itu pasti membawa kita pada pilihan baru, ketemu jalan baru lagi, ketemu pilihan lagi, begitu seterusnya. Bosan? Kita seharusnya tidak diberi kesempatan untuk merasa bosan, karena waktu dan dunia tidak menunggu kita. Menyerah? Apalagi. Pernah mendengar bahwa dunia bukan untuk orang-orang yang patah semangat. Mungkin memang masih bisa ditinggali oleh orang semacam itu, tapi dia mungkin akan merasakan dunia yang gelap dan dingin, tidak ramah, kecuali bila mereka bangkit.
Bagaimana bila kita akhirnya menemukan jalan buntu, bersama pilihan yang sulit? Yang bisa saya berikan adalah bawa serta pilihan yang menurutmu paling mampu Anda laksanakan dan bersiaplah mendaki tembok yang membuat buntu jalan itu. Atau kalau bisa, hancurkan, sehingga Anda bisa melanjutkan perjalanan Anda. Toh, jalan buntu bukan berarti Anda harus kecewa atau menyerah 'kan? Ingatlah bahwa dibalik jalan buntu pasti ada jalan baru lagi, namun bedanya, jalan itu dibatasi oleh tembok atau bahkan jurang curam. Setiap manusia pasti diberi bekal dalam perjalanannya berupa akal dan hati, itu bisa Anda gunakan sebagai palu untuk menghancurkan tembok ataupun tali untuk membantu Anda menuruni jurang, atau membuat sesuatu lainnya untuk membuat Anda "keluar" dari keadaan "jalan buntu" tersebut.

OKE...

Saya puas sudah menulis intro sepanjang itu, kalianpun sudah bosan membacanya 'kan? Kini muncul lagi pernyataan...

"Ngomong mah mudah, ngejalaninnya? Sotoy amat lu udah ngomong soal kehidupan, masih lulusan SMA juga."

Saya memang masih lulusan SMA, tapi 17 tahun 5 bulan sudah bukan waktu yang singkat dalam mempelajari kehidupan. Meski sedikit, saya sudah juga mengecap bagaimana rasanya hidup. Di dunia ini tidak selamanya "yang tua berpengalaman". Kita semua di dunia ini masih "trainee" semua kok, masih perlu belajar banyak meski Anda sudah berumur jauuuuuuuh lebih tua dari saya.

Jadi, saya ingin sedikit curhat di sini. Yang menginspirasi saya sebenarnya adalah kegagalan saya dalam 3 kali saya mengikuti ujian. Itulah mungkin yang menjelaskan kenapa awalnya saya ingin memberi posting ini dengan judul "Dan Kemanakah Kita, Saat Kita Dipenuhi Lelah, Frustasi, dan Down?" Ya, saya sedang lelah, frustasi, dan down saat ini.

Pertama, SNMPTN. Sejujurnya, saya hanya mengikuti motivasi dari tentor tempat saya belajar bahwa kita harus yakin. Jadilah setelah saya belajar sekeras mungkin, saya coba teriakkan dalam hati bahwa saya harus yakin. Saya merasa yakin dan akhirnya saat pengumuman SNMPTN, saya meratapi layar laptop yang mengatakan bahwa saya tidak lulus. Oke, saya kembali bangkit beberapa jam setelah itu.

Kedua, saya mengikuti ujian universitas lain, dimana nilai SNMPTN kemarin diproses untuk penerimaan universitas tersebut, kembali, saya gagal. Namun, yang saya yakini adalah, hal yang membuat kegagalan itu adalah hati saya yang kurang mantap akibat kecewa SNMPTN dan kesalahan saya dalam menentukan pilihan (saat itu, saya memilih pilihan yang salah, passing grade fakultas yang saya pilih waktu itu terlampau tinggi). Oke, saya kembali bangkit dan kebangkitan saya jauh lebih cepat dari yang pertama.

Saya yakin yang pertama dan kedua itu masalahnya sama, bukan rejeki dan masalah lain yang telah saya ceritakan di point kedua.

Ketiga, saya mengikuti ujian tertulis untuk mendapatkan beasiswa luar negeri setelah sebelumnya saya lulus pada seleksi berkas yang menyingkirkan ribuan peserta. Alhamdulillah, kembali saya kuatkan mental dan bersemangat. Keyakinan saya teguhkan dan kembali belajar keras. Namun, kembali saya meratapi layar laptop, tetapi bedanya, tidak dengan air mata. Saya hanya termangu melihat nama saya tidak terpampang dalam daftar peserta yang lulus dalam tes tertulis. Oke, saya kembali bangkit dan kemudian menuliskan post ini.

Saya yakin, saya bukan satu-satunya orang  yang meraih kegagalan seperti ini. Maka dari itu, saya tidak ingin menyerah, terlebih pada dunia. Saya mungkin kecewa, frustasi, bahkan marah, pada diri saya. Namun apa daya, saya tidak punya kuasa lebih untuk itu. Saya tidak ingin dianggap rendah karena saya menyerah. Tuhan melihat saya 24 jam, lebih daripada CCTV ataupun satpam suatu gedung, sungguh rugi bila saya terlihat menyerah.

Saya tidak ingin sok jago bagi kalian yang sedang patah semangat, tapi hanya ingin mengatakan bahwa kalian tidak sendirian sebagai orang gagal, maka jangan merasa bahwa Anda adalah makhluk paling malang sedunia. Tuhan dengan ciptaannya bernama "dunia" hanya sedang menguji Anda, pantaskah sebenarnya Anda berada di sini? Oleh karena itu, saya mohon tegaklah dan jangan anggap diri Anda paling malang. Malah, coba Anda pikirkan bahwa Anda adalah salah satu orang beruntung karena Anda menerima tantangan terhormat dari Tuhan. Siapkan mental dan hati Anda menghadapi dunia serba-serbi ini. Bersama orang lain yang sering gagal namun sukses pada akhirnya, bukankah kita harusnya malu karena menyerah?

Saya masih punya plan b, plan c, dan banyak lagi "plan" untuk melanjutkan perjalanan saya dalam menghadapi dunia dan menggapai tujuan saya. Apa Anda begitu juga?

Anda boleh kecewa, Anda boleh frustasi, stress, tapi hanya sekarang, dan tidak di masa depan.

Oke, hanya itu saja yang saya tulis kali ini. Saya tidak ingin membuat Anda bosan lebih lama dalam membaca tulisan saya. Satu itu saja, jangan menyerah!

Sebagai seorang yang masih "muda", saya sering mendapat wejangan dari teman-teman sesama para "yang muda" bahwa kita jangan membuang masa muda kita. Dan bagi saya, cara saya dalam menyelamatkan masa muda dari "pembuangan" itu adalah dengan cara tidak menyerah. Jangan mau dibuang, kawan! Ayo bangkit!


XOXO
Minmy
\(^o^)/