Jumat, 03 Agustus 2012

JANGAN MENYERAH!!!

Tuhan Maha Adil... Maha Mengetahui

Itu yang saya terus yakini sepanjang saya berada di bumi untuk hidup sebagai seorang manusia. Saya terus yakin bahwa Tuhan memang Maha segala-galanya. Paling tahu yang terbaik, paling tahu akan apa saja. Kita manusia ini bagai orang yang disuruh bermain "lek-lek uwong buto", permainan tradisional khas Indonesia (nama ini hanyalah nama yang biasa digunakan di daerah dimana saya tinggal, Palembang), dimana yang jaga harus menangkap pemain lainnya dengan mata tertutup. Yang bisa diharapkan sang pemain hanyalah petunjuk yang diberikan pemain lain. Namun, kita sendiri tidak tahu apakah petunjuk itu benar atau salah, dan itulah pilihan kita, mau mengikuti atau tidak.
Setiap manusia memiliki pilihan hidup, setidaknya setiap pilihan pasti memiliki pengorbanan, dan pasti memiliki opportunity cost masing-masing. Diantara setiap petunjuk berupa pilihan itu, semuanya memiliki tingkat kesulitan berbeda. Sama seperti sebuah game, kita bebas memilih mau difficulty yang mana: easy, medium, hard, atau bahkan tingkat yang lebih sulit lagi. Namun itu di dalam game. Kenyataannya adalah di hidup ini, kita memang bisa bebas memilih mau pilih pilihan yang mana, tapi bagaimana kalau kita dihadapkan pada pilihan yang sulit? Semuanya sulit. Seakan-akan dunia sudah memusuhi kita. Wajar kalau merasa down, yang tidak wajar adalah ketidakdewasaan kita bila nantinya, kita menyalahkan orang lain akan semua pilihan sulit yang diajukan pada kita. Mengapa? Sebab dalam hal ini, tidak ada kata "orang lain", hanya "saya" yang ada.
Setelah bicara soal pilihan, kita akan maju selangkah dan mulai berpikir untuk menuntaskan mission bernama pilihan itu. Sebenarnya sih, pilihan itu cuma sub-mission dan mission sesungguhnya lebih akrab dikenal dengan nama tujuan. Demi menjalankan sub-mission itu kita bakal menemui banyak jalan bercabang dan tidak bisa lurus terus. Mengapa? Sebab, bayangkan saja bila kita terus berjalan lurus tanpa bergerak ke kanan dan kiri, ya bisa terbentur kita. Masih nanya juga :D. Di setiap jalan yang kita telusuri itu pasti membawa kita pada pilihan baru, ketemu jalan baru lagi, ketemu pilihan lagi, begitu seterusnya. Bosan? Kita seharusnya tidak diberi kesempatan untuk merasa bosan, karena waktu dan dunia tidak menunggu kita. Menyerah? Apalagi. Pernah mendengar bahwa dunia bukan untuk orang-orang yang patah semangat. Mungkin memang masih bisa ditinggali oleh orang semacam itu, tapi dia mungkin akan merasakan dunia yang gelap dan dingin, tidak ramah, kecuali bila mereka bangkit.
Bagaimana bila kita akhirnya menemukan jalan buntu, bersama pilihan yang sulit? Yang bisa saya berikan adalah bawa serta pilihan yang menurutmu paling mampu Anda laksanakan dan bersiaplah mendaki tembok yang membuat buntu jalan itu. Atau kalau bisa, hancurkan, sehingga Anda bisa melanjutkan perjalanan Anda. Toh, jalan buntu bukan berarti Anda harus kecewa atau menyerah 'kan? Ingatlah bahwa dibalik jalan buntu pasti ada jalan baru lagi, namun bedanya, jalan itu dibatasi oleh tembok atau bahkan jurang curam. Setiap manusia pasti diberi bekal dalam perjalanannya berupa akal dan hati, itu bisa Anda gunakan sebagai palu untuk menghancurkan tembok ataupun tali untuk membantu Anda menuruni jurang, atau membuat sesuatu lainnya untuk membuat Anda "keluar" dari keadaan "jalan buntu" tersebut.

OKE...

Saya puas sudah menulis intro sepanjang itu, kalianpun sudah bosan membacanya 'kan? Kini muncul lagi pernyataan...

"Ngomong mah mudah, ngejalaninnya? Sotoy amat lu udah ngomong soal kehidupan, masih lulusan SMA juga."

Saya memang masih lulusan SMA, tapi 17 tahun 5 bulan sudah bukan waktu yang singkat dalam mempelajari kehidupan. Meski sedikit, saya sudah juga mengecap bagaimana rasanya hidup. Di dunia ini tidak selamanya "yang tua berpengalaman". Kita semua di dunia ini masih "trainee" semua kok, masih perlu belajar banyak meski Anda sudah berumur jauuuuuuuh lebih tua dari saya.

Jadi, saya ingin sedikit curhat di sini. Yang menginspirasi saya sebenarnya adalah kegagalan saya dalam 3 kali saya mengikuti ujian. Itulah mungkin yang menjelaskan kenapa awalnya saya ingin memberi posting ini dengan judul "Dan Kemanakah Kita, Saat Kita Dipenuhi Lelah, Frustasi, dan Down?" Ya, saya sedang lelah, frustasi, dan down saat ini.

Pertama, SNMPTN. Sejujurnya, saya hanya mengikuti motivasi dari tentor tempat saya belajar bahwa kita harus yakin. Jadilah setelah saya belajar sekeras mungkin, saya coba teriakkan dalam hati bahwa saya harus yakin. Saya merasa yakin dan akhirnya saat pengumuman SNMPTN, saya meratapi layar laptop yang mengatakan bahwa saya tidak lulus. Oke, saya kembali bangkit beberapa jam setelah itu.

Kedua, saya mengikuti ujian universitas lain, dimana nilai SNMPTN kemarin diproses untuk penerimaan universitas tersebut, kembali, saya gagal. Namun, yang saya yakini adalah, hal yang membuat kegagalan itu adalah hati saya yang kurang mantap akibat kecewa SNMPTN dan kesalahan saya dalam menentukan pilihan (saat itu, saya memilih pilihan yang salah, passing grade fakultas yang saya pilih waktu itu terlampau tinggi). Oke, saya kembali bangkit dan kebangkitan saya jauh lebih cepat dari yang pertama.

Saya yakin yang pertama dan kedua itu masalahnya sama, bukan rejeki dan masalah lain yang telah saya ceritakan di point kedua.

Ketiga, saya mengikuti ujian tertulis untuk mendapatkan beasiswa luar negeri setelah sebelumnya saya lulus pada seleksi berkas yang menyingkirkan ribuan peserta. Alhamdulillah, kembali saya kuatkan mental dan bersemangat. Keyakinan saya teguhkan dan kembali belajar keras. Namun, kembali saya meratapi layar laptop, tetapi bedanya, tidak dengan air mata. Saya hanya termangu melihat nama saya tidak terpampang dalam daftar peserta yang lulus dalam tes tertulis. Oke, saya kembali bangkit dan kemudian menuliskan post ini.

Saya yakin, saya bukan satu-satunya orang  yang meraih kegagalan seperti ini. Maka dari itu, saya tidak ingin menyerah, terlebih pada dunia. Saya mungkin kecewa, frustasi, bahkan marah, pada diri saya. Namun apa daya, saya tidak punya kuasa lebih untuk itu. Saya tidak ingin dianggap rendah karena saya menyerah. Tuhan melihat saya 24 jam, lebih daripada CCTV ataupun satpam suatu gedung, sungguh rugi bila saya terlihat menyerah.

Saya tidak ingin sok jago bagi kalian yang sedang patah semangat, tapi hanya ingin mengatakan bahwa kalian tidak sendirian sebagai orang gagal, maka jangan merasa bahwa Anda adalah makhluk paling malang sedunia. Tuhan dengan ciptaannya bernama "dunia" hanya sedang menguji Anda, pantaskah sebenarnya Anda berada di sini? Oleh karena itu, saya mohon tegaklah dan jangan anggap diri Anda paling malang. Malah, coba Anda pikirkan bahwa Anda adalah salah satu orang beruntung karena Anda menerima tantangan terhormat dari Tuhan. Siapkan mental dan hati Anda menghadapi dunia serba-serbi ini. Bersama orang lain yang sering gagal namun sukses pada akhirnya, bukankah kita harusnya malu karena menyerah?

Saya masih punya plan b, plan c, dan banyak lagi "plan" untuk melanjutkan perjalanan saya dalam menghadapi dunia dan menggapai tujuan saya. Apa Anda begitu juga?

Anda boleh kecewa, Anda boleh frustasi, stress, tapi hanya sekarang, dan tidak di masa depan.

Oke, hanya itu saja yang saya tulis kali ini. Saya tidak ingin membuat Anda bosan lebih lama dalam membaca tulisan saya. Satu itu saja, jangan menyerah!

Sebagai seorang yang masih "muda", saya sering mendapat wejangan dari teman-teman sesama para "yang muda" bahwa kita jangan membuang masa muda kita. Dan bagi saya, cara saya dalam menyelamatkan masa muda dari "pembuangan" itu adalah dengan cara tidak menyerah. Jangan mau dibuang, kawan! Ayo bangkit!


XOXO
Minmy
\(^o^)/