Selasa, 08 Februari 2011

Kedokteran oh... kedokteran

"Kamu mau masuk fakultas apa?"
"Ya kayak biasa, kedokteran..."
"Iya sih, orang tua saya berharap banget aku masuk kedokteran. Kamu juga?"
"Orang tua aku sih nggak terlalu maksa, cuma berharap. Kalo nggak juga nggak apa-apa. Lagian, aku kan emang dari dulu pengen jadi dokter."
"Yah, yang penting orang tua bahagia deh."

Pernah mendengar secara langsung pembicaraan seperti di atas? Bagi yang udah SMA biasanya udah seriiing banget ngedengerin pembicaraan di atas. Seriuosly, banyak banget emang yang bahas itu. Apalagi bagi kakak-kakak kita yang udah kelas XII SMA. Pastinya tambah sering denger dialog atau bahkan jadi tokoh utama dialog di atas.

Kedokteran... Kedokteran...

Kata itu seakan membius siapa saja agar menjadi bagian dari mereka. Nggak usah jauh-jauh nanya ke anak seluruh Indonesia, tanyain aja sama seluruh siswa sekolahmu, kebanyakan dari mereka pasti ngejawab "kedokteran". Di sekolah saya, SMA Plus Negeri 17 Palembang, 70% bahkan mendekati 80% nya memilih fakultas kedokteran sebagai fakultas impiannya. Entah tuh fakultas pake bantuan dukun apa sampe kebanyakan remaja berlomba-lomba masuk fakultas ini, nggak peduli masuk universitas apa. Yang penting setelah tamat, di depan nama harus mejeng huruf "d" dan "r". Ralat, biasanya sih itu untuk plan B bagi yang gagal masuk PTN favorit (semoga aja nggak, yaaa. Amin).

Muncul pertanyaan.

"Apa sebenarnya yang melatarbelakangi hampir seluruh pelajar di Indonesia untuk masuk Fakultas Kedokteran?"

Intinya : " kenapa kamu mau masuk FK dan kenapa kamu bercita-cita masuk FK dan menjadi dokter?" (banyak banget "dan"-nya)
Untuk mempermudah, mari saya beri pilihan dari hasil pemikiran saya :
1. Untuk membahagiakan orang tua.
2. Dipaksa orang tua.
3. Biar hidup senang di masa depan (intinya mau dapet untung banyaaaak).
4. Biar naikin fame meter kamu. Seneng kan kalo dibilang "wah, anak kedokteran tuh!" Intinya naikin reputasi.
5. Bener-bener tulus nolong orang.

Mohon pilih yang mana yang menurut kamu paling KAMU BANGET. Dan mohon jawab dengan setulus hati, jujur dan bukan merupakan dorongan ataupun paksaan dari orang lain.

Ya udah deh, neng! Jadi intinya apa? Lo mau menghalang-halangi pelajar Indonesia yang mau ke Fakultas Kedokteran biar mengurungkan niatnya masuk ke fakultas itu?

No, no, no... Bukan. Bukan itu maksud saya ngeposting post ini. Emang mungkin menghalangi, tapi bukan menghalangi masuk FK. Saya hanya ingin menghalangi rasa terpaksa masuk FK.

Terpaksa? Masa sih?

Pesona FK memang menggoda, tapi tahukah kalian bahwa ada begitu banyak pelajar di Indonesia yang udah masuk ke FK, tapi nyatanya, mereka malah tidak bisa menikmati kehidupan kampus FK karena memang tidak berminat pada awalnya dan terpaksa. Ya, terpaksa. Mungkin memang ada yang sejak kecil bercita-cita menjadi dokter. Tapi bagaimana, ya?
Benarkah itu merupakan cita-cita dari hati?
Kalo kamu aja masih ragu jawabnya, langsung aja deh jujur kalo itu cita-cita mulut Anda. Bukan hati Anda.

Sebagai contoh, kalo kamu tanya anak SD kelas 1 atau 2 tentang cita-cita, kebanyakan dari mereka menjawab,"mau jadi dokter." Entah mereka mengerti atau tidak apa itu dokter, karena sepanjang yang saya tahu, di mata anak-anak, dokter itu kerjaannya menolong orang yang sakit.
Saya sering membaca surat kabar yang memuat pojok anak-anak. Di sana sering dimuat biodata-biodata anak-anak umur 1 bulan-4 tahun beserta foto-foto. Lucunya, saya melihat beberapa kejanggalan di biodata itu. Masa sih ada bayi umur 1-2 bulan yang udah mikirin cita-cita? Nggak nyambung TOTAL! Dan anehnya, kebanyakan dari biodata tersebut menyebutkan bahwa mereka bercita-cita menjadi dokter! Wah, jadi ingat, saya seumur gitu masih hobi nangis di rumah orang dan belum mikir apa-apa. Kok mereka udah pada mikir cita-cita? Okelah, yang nulis itu orang tua mereka, dengan harapan mereka bisa jadi dokter. Tapi benarkah itu pilihan hati mereka nantinya? Jawabannya bisa "iya" atau "tidak". Tergantung si anak.

Jelaslah sudah bahwa memang FK jadi idaman semua pelajar. Nggak cuma pelajar deh, anak-anak belom sekolah aja udah digerakkan mulutnya biar kalo ditanya cita-cita jawabnya "dokter". Ironi.

Saya pernah mendengar secara langsung teman saya yang bilang:
"Pokoknya taon depan aku mau membahagiakan orang tuaku! Masuk kedokteran! Amin!"
Saya doakan Anda bisa teman. Tapi nanya sedikit, apakah benar kalo mau membahagiakan orang tua harus masuk kedokteran? Sedangkan kalo kalian peka, ada begitu banyak cara untuk membahagiakan orang tua. Entah sadar atau nggak...

Well, wahai pelajar se-Indonesia... Benarkah itu adalah pilihan kalian?

Bagus deh kalo kalian emang niat BANGET masuk FK. Saya doakan agar kalian bisa diterima di FK. Dimanapun nantinya kalian berada. Saya doakan pula kalian agar bisa jadi dokter yang rajin, rendah hati, jujur, anti MALPRAKTEK, dan berguna bagi bangsa dan negara. PLUS! Membawa pengaruh baik dan kesejahteraan Indonesia tercinta (amin).

Tapi buat yang sendirinya masih ragu, aku bener-bener harapkan agar kalian bisa berfikir ulang tentang impian "menjadi dokter" tersebut. Benarkah itu yang kalian inginkan dan bukan merupakan tuntutan dari orang tua?

Saya hanya nggak mau pelajar Indonesia susah-susah masuk FK karena terpaksa. Well, saya tahu, menjadi tumpuan harapan orang itu susah. Bikin capek. Bikin muak. Bikin stress. Tapi satu yang kalian harus tau. Fakultas, jurusan... semuanya ada untuk menampung minat dan bakat kalian. Kalo minat ada tapi bakat nggak ada... nggak bisa. Kurang mendukung. Bakat ada tapi minat nggak ada? Apalagi itu. Sangat kurang mendukung malah. Takutnya malah terpaksa dan ketika tiba saatnya kita hengkang dari fakultas tujuan tersebut, kita malah nggak dapet apa-apa. Memang yang paling enak itu minat ada dan bakat ada.

Saya tidak benci pada fakultas kedokteran. Jujur, pengen sih masuk kedokteran. Siapa coba yang nggak mau? Hanya saja saya nggak terlalu minat pada fakultas itu. Entah kenapa... (Jangan-jangan nggak normal?).

Saya hanya sedih membayangkan ada begitu banyak pelajar yang berusaha mati-matian demi sesuatu yang masih diragukannya dan bukan impian tulus dari hatinya.

Saya pernah menonton tayangan Kick Andy yang inspiratif (seperti biasa). Ada suatu episode dimana ditampilkan seorang guru (penulis mungkin? lupa) yang mengatakan bahwa, ia bisa saja menjadi dokter. Namun ia merasa dokter bukanlah panggilan hatinya. Ia terpanggil untuk mengamalkan ilmu yang ia dapatkan kepada orang lain. Menurutnya, ilmu justru merupakan sesuatu yang bisa terus-menerus dihasilkan dan dibagikan. Justru gurulah yang nantinya bisa menghasilkan dokter, arsitek, insinyur dan sebagainya. Kemudian, ia juga mengatakan betapa tanpa kreativitas, manusia itu tidak bisa sukses. Dan kreativitas itulah sebenarnya kunci dari kesuksesan tiap manusia.

Kreativitas itulah sebenarnya kunci dari kesuksesan tiap manusia.


Renungkan kalimat terakhir itu.

Jujur, saya membenarkan kalimat itu dan saya coba tanamkan dalam pikiran saya. Muncul dalam benak saya, bahwa apapun pekerjaan nantinya, tanpa kreativitas, pekerjaan hanyalah pengisi kartu KTP atau tanda pengenal saja. Kreativitas di sini bukanlah dalam arti kalian bisa menghasilkan sesuatu yang berbau seni, memang mungkin ada kaitannya. Namun, kreativitas yang saya maksud di sini adalah kecerdasan dalam melihat peluang yang ada.

So, buat kalian yang masih ragu, saya wanti-wanti lagi deh! Tolong pikirkan matang-matang tentang tujuan kalian itu.
Dan buat yang udah yakin. Yup, saya doakan kalian sukses, ya! :)

Ciao! ;)